Selasa, 11 September 2012

Semangat di Tengah Biaya Cekak

Dimuat di : Reksanews.com

Oleh :Ricky Andriawan Mardjadinata


Hari masih gelap, baru pukul 5 pagi, ketika mereka meninggalkan Bandung.  Sebelum adzan Dzuhur, ketiganya sudah tiba di Kawali, sekitar 120 kilometer timur Bandung. Mereka  sengaja datang untuk menyaksikan peristiwa budaya yang digelar dua tahun sekali: Nyiar Lumar, acara yang digarap paguyuban seniman-budayawan Kawali Paseban  Jagat Palaka bekerja sama dengan Teater Jagat dari SMAN 1 Kawali, 7 Juli 2012.

Bagi ketiga anak muda Bandung itu – Iyan, Nana, dan Antony — ini kali pertama mereka menyaksikan kegiatan yang dimotori sastrawan Godi Suwarna  serta beberapa seniman Ciamis itu. Meskipun, Nyiar Lumar sendiri pertama kali berlangsung pada 20 Mei 1998, ketika situasi negeri ini sedang tidak menentu. Godi dan kawan-kawannya, antara lain  Dadang Q-Most, Edi Rusyana Noer, dan Pandu Radea,  merasa galau dengan situasi saat itu. Dan, sebagai seniman, ia lebih memilih cara berkesenian untuk menumpahkan rasa galaunya itu – ketimbang ikut demo seperti mahasiswa dan aktivis lainnya.

Dan Iyan CS mendapatkan informasi Nyiar Lumar itu dari jejaring sosial facebook. Maklum, beberapa pekan sebelum hari H, acara tersebut sudah dibicarakan. Dan mereka sangat antusias untuk ikut menyaksikannya. “Saya baca, Nyiar Lumar kali ini dihadiri banyak tokoh seniman dan budayawan Sunda,” kata Iyan. “Terlebih akan diadakan pembacaan Fiksimini Basa Sunda,” tambahnya, menyebut grup Facebook Fiksimini Basa Sunda yang digagas penyair Nazarudin Azhar sejak 16 September 2011 lalu.

Dengan memakai ‘pangsi’ pakaian adat Sunda tak lupa Iket kepala sebagai ciri khas Urang Sunda, mereka bertiga berbaur dengan warga dan para tamu yang hadir pada acara tersebut. Dimulai dari Pendopo Kawali, tempat acara pembukan Nyiar Lumar diisi dengan pementasan ‘Karinding Nyéngsol’ dari Winduraja Kawali  dan Pencak Silat dari Mangunjaya Kabupaten Ciamis, ketiganya larut  bersama puluhan orang pengungjung lainnya yang beriringan menuju Situs Astana Gede, tempat acara puncak dan utama dilakukan.
Ketika lepas shalat Isya, acara utama Nyiar Lumar pun dimulai. Diawali di gerbang Astana Gede dengan pementasan tari dan pentas teaterikal dari Teater Jagat SMAN 1 Kawali,  acara dilanjutkan dengan tawasulan – pembacaan tahlil dan takbir sebagai salah satu tradisi Islam-Sunda. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan fiksimini Basa Sunda oleh para penyair Sunda di sebuah panggung  kecil yang terbuka di dalam Situs Astana Gede. Hanya diterangi cahaya oncor, pelita sederhana dari bambu.

Menjelang pertengahan malam, acara berpindah ke sebuah panggung terbuka tak jauh dari mata air keramat Cikawali, tempat mandi dan bersuci keluarga kerajaan Sunda Galuh dahulu. Dan dimulailah pementasan Drama Palagan Bubat, yang mengisahkan pertempuran tidak seimbang antara pasukan Kerajaan Sunda Galuh dengan pasukan Majapahit. Inilah peristiwa yang menyebabkan gugurnya Raja dan Putri kerajaan Sunda Galuh bersama rombongannya. Sedianya, rombongan Galuh itu hendak mengikuti acara pernikahan Putri Citraresmi atau Dyah Pitaloka  dengan Hayam Wuruk. Namun entah kenapa, Patih Gajah Mada dari Majapahit ketika itu malah menabuh genderang perang. Pertempuran tidak seimbang pun terjadi. Rombongan kerajaan Galuh tumpas.

Setelah pemantasan drama Bubat, sampailah pada acara puncak acara: Ronggéng Gunung Bi Raspi, salah satu kesenian buhun yang hanya ada di Tatar Galuh Ciamis. Para tamu turun menari bersama, melingkari api unggun yang telah disiapkan. Lantunan musik dan syair-syair tembang buhun Bi Raspi pun disambut hangat warga yang menyaksikan. Semua turun menari sampai waktu pagi menjelang.
 
"Saya sangat puas bisa menghadiri acara Nyiar Lumar, selain melihat pagelaran seni budaya, saya juga bisa berkunjung ke situs Astana Gede. Pokona mah juaraaaa lah!” tutur Iyan dengan gaya basa Sundanya. 

Yang paling mengesankan dari Acara Nyiar Lumar kali ini, banyaknya anak muda yang hadir. Mereka tak hanya berasal dari kawasan Ciamis. Tapi, juga dari luar kota.  “Ini menegaskan, generasi  muda Sunda atau yang lebih dikenal dengan sebutan Nonoman Sunda  masih peduli terhadap budayanya sendiri. Tidak semuanya kebarat-baratan,” kata Hendarman Praja, sesepuh Paseban  Jagat Palaka. “Dan semenjak adanya jejaring sosial seperti facebook, anak-anak muda dari luar kota pun bisa dengan cepat mengetahui informasi adanya acara ini,” tambah lelaki yang biasa disapa Daday Andalas itu.

Sayangnya, di tengah antusiasme anak muda Sunda terhadap seni-budayanya sedang mengembang, sebuah kabar tak sedap menyeruak pelan: Minimnya sumbangan pemerintah terhadap pagelaran Nyiar Lumar kali ini. “Untuk pagelaran Nyiar Lumar 2012, panitia hanya mengantongi setengah dana dari biasanya,”  tutur Kang Dbig Herly, salah satu panitia.

Lagi-lagi persoalan dana menjadi kendala klasik di negeri yang berlimpah kekayaan alam ini. Mudah-mudahan, ke depan, pemerintah daerah maupun pusat bisa lebih peduli terhadap persoalan seni dan budaya. Bukankah budaya  adalah jati diri bangsa?


Senin, 12 Maret 2012

DIVISI SILIWANGI: Dedikasi untuk para Kesatria Sunda

Entah sejak kapan, jika mendengar kata Sunda, yang terbersit adalah sosok Kabayan. Sudah sejak lama Sunda kehilangan sosok / image yg lebih baik dari sekedar Kabayan (tanpa bermaksud merendahkan nilai2x bijak dari kisah Kabayan). Program pembelokan sejarah nampaknya sudah cukup sukses merubah persepsi tentang Sunda. Bukan hanya orang non Sunda, yang cukup mengagetkan, dalam sebuah blog, ada seorang ibu yang sedih, malu, dan menyesali dirinya dilahirkan sebagai seorang Sunda. Alasannya?! Anaknya ditolak menikah oleh sang calon mertua, karena bersuku Sunda. Dengan berani, si calon mertua mengatakan, menikah dengan orang Sunda bermasa depan suram, karena perilaku orang Sunda yang pemalas dan pengecut. Lagi2x stereotype kesukuan. Namun yg saya sangat prihatin, ternyata ada, dan banyak orang Sunda yg termakan pembelokan sejarah ini, dan benar2x meyakini stereotype itu. Semoga kisah para kesatria Sunda yg banyak ditutupi ini bisa menginspirasi kita untuk mengenal siapa kita.

Ada kisah Long March Siliwangi yg tidak pernah dibahas dalam buku sejarah. Rezim orde baru dan orde lama sudah cukup lama mati2xan menutupi aib ini. Namun nampaknya kebenaran yg 1 ini sulit ditutupi.

Setelah Bubat, sebetulnya Jawa-Sunda pernah kembali melakukan konflik senjata di Solo, yaitu ketika peristiwa hijrahnya pasukan Siliwangi meninggalkan Jawa Barat karena perjanjian Renville. Sebelumnya mari kita bahas sedikit soal Renville, karena buku sejarah SD kita pun banyak menutupi masalah dibaliknya. Sebetulnya perjanjian ini sangat merugikan orang Sunda, karena berakhir dengan harus lepasnya wilayah jawa barat ke tangan Belanda. Kenapa harus jawa barat?! hal ini ga pernah kita ketahui.

Ingat peristiwa "Bandung Lautan Api"? lagi2x buku sejarah SD kita ga cukup jujur mengatakan bahwa BLA terjadi gara2x perjanjian Renville. Warga Bandung saat itu sebetulnya sangat marah dan merasa dikhianati oleh republik, akibat perjanjian Renville. Beberapa berpikir untuk mendirikan negara baru, yang akhirnya kita kenal DI/TII Kartosuwiryo. Suasana panas dan perdebatan panjang bersama Komandan Divisi III TRI, saat itu A.H. Nasution. Akhirnya  Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) yang berisi para tokoh Bandung tempo dulu, akhirnya mengambil keputusan untuk membumihanguskan Bandung sebelum diserahkan kepada Belanda. Aki saya yang seorang pedagang dengan bersemangat membakar tokonya sendiri. Dengan rasa penasaran saya bertanya, orang sinting mana yg dengan sukarela membakar rumah, tempat usahanya, dan hijrah ke antah berantah?! jawaban aki saya "aing mah republikan sejati..kajeun imah jeung toko aing rata jeung taneuh tibatan dipake ku anjing2x Belanda" Jelas suatu keputusan yg sulit dipahami oleh kita, generasi Indonesia modern. Ajaibnya 100.000 warga Bandung memiliki idenya yg sama.

Sebetulnya BLA jelas2x pelanggaran & penghinaan terhadap perjanjian Renville. Namun A. H. Nasution memahami betul arti kehormatan bagi orang Sunda. Atau bisa jadi beliau terpojok oleh tuntutan para tokoh di MP3. Namun sekarang kita tau dan bisa menjelaskan, kenapa dari sederet lagu perjuangan hanya Bandung satu2xnya kota yg disebut khusus dan spesifik dalam 1 lagu. Melihat apa yg dikorbankan 100.000 penduduk Bandung saat itu, saya rasa hal itu cukup pantas. Dan A.H. Nasution yg hingga meninggalnya berada dalam tahanan rumah rezim Suharto, sekarang kita tahu kenapa nama itu menjadi nama jalan.

Ditengah dilema antara patuh dan setia pada Republik atau memberontak karena merasa dikhianati Republik yang menyerahkan Jawa Barat begitu saja, setibanya di Solo, bukan sambutan hangat dari saudara sebangsa yang diterima. Divisi IV Panembahan Senopati (sekarang Div. Diponegoro) asal Solo malah mencemooh tentara Siliwangi sebagai “Tentara Kantong” yang selalu kalah perang. Lebih jauh mereka mengungkit2x peristiwa Bubat yang terjadi pada abad 16.

Kehadiran Divisi Siliwangi di jawa tengah, secara sosial menimbulkan kesenjangan sosial. Div. Siliwangi yang berseragam lengkap yang rapi, persenjataan lengkap, dan disiplin tinggi, sangat mencolok dibanding div. lainnya. Hal ini membuat penampilan Divisi lainnya lebih mirip milisi dibanding tentara profesional. Belum lagi para perwira Siliwangi yang jauh lebih berpendidikan, mereka sangat fasih berbicara bahasa Belanda dan Inggris. Kadang diantara perwira kerap kali berkomunikasi dengan bahasa Belanda.

Banyak prajurit Divisi IV Panembahan Senopati merasa terganggu oleh kehadiran tentara Sunda ini. Siliwangi yang ber akronim SLW diplesetkan oleh mereka sebagai Stoot Leger Wilhelmina (tentara penyerang Wilhelmina, ratu Belanda saat itu). Sebuah dilema bagi prajurit Siliwangi, disatu sisi mereka hijrah atas perintah republik. Perintah yg sebetulnya bertolak belakang dengan keinginan mempertahankan tanah kelahiran. Namun sikap profesionalisme dan kepentingan bangsa jauh lebih penting dibanding keinginan pribadi. Terpisah dari keluarga, kehilangan tanah kelahiran, kehilangan harta benda. Perlakuan seperti ini jelas tidak pernah terbersit dalam pikiran mereka.

PKI melihat ini sebagai suatu kesempatan. Untuk memperpanas suasana, PKI menculik dan membunuh pimpinan Divisi IV Panembahan Senopati , Kolonel Soetarto. Mudah di tebak, Divisi IV Panembahan Senopati menuduh Siliwangi dalangnya dibalik itu. Tidak tanggung-tanggung Divisi IV Panembahan Senopati terang2xan mengusir tentara Siliwangi dengan kasar namun prajurit Sunda masih berusaha untuk sabar. Melihat Divisi Siliwangi yg tetap menolak pergi, akhirnya Divisi IV Panembahan Senopati menyerang Kompi Siliwangi di stasiun KA Balapan Solo dengan mendadak. Habis kesabaran, hal ini dijawab dengan mengalirnya seluruh pasukan Siliwangi di luar kota Solo sambil menyerang tiap pos Divisi IV Panembahan Senopati yang di jumpai. A.H. Nasution melihat yg terjadi pun tidak dapat melakukan banyak.

Hal ini membuat Jendral Sudirman merasa perlu turun tangan. Sudirman mendesak agar Siliwangi memenuhi tuntutan Divisi IV Panembahan Senopati, dan kembali ke Jawa Barat, namun Siliwangi tetap menolak karena hal itu akan melanggar isi perjanjian Renville. Melihat banyak korban di Divisi IV Panembahan Senopati yang terus bertambah, akhirnya Gatot Subroto yang saat itu masih berpangkat Kolonel mengeluarkan perintah penghentian baku tembak dan meminta komandan kesatuan yang bertikai untuk menyatakan kesetiaan pada Republik, jika tidak akan dianggap sebagai pemberontak. Akhirnya pertikaian dapat dihentikan.

Akhirnya terbukti bahwa PKI dibalik ini semua. Melihat Divisi IV Panembahan Senopati  yang banyak jatuh korban, akhirnya kembali prajurit Siliwangi yg harus menyelesaikan masalah ini. Siliwangi ditugaskan menghantam kekuatan PKI hingga ke Madiun dan menangkap pelaku pembunuh Kol. Soetarto.

Dalam satu rapat sebelum keputusan hijrahnya Divisi Siliwangi, ada keraguan, apakah Siliwangi dibiarkan bergerilya di jawa barat atau ditarik ke jawa tengah. Merasa Belanda akan melanggar perjanjian Renville dan melakukan agresi militer(dan ini terbukti setelahnya), Sukarno mengatakan "Tidak, mereka pasukan elite, kita akan membutuhkan mereka, tarik semua ke jawa tengah".

Kiprah prajurit Sunda berikutnya, ga banyak kita tahu, dan memang peran nya dikecil2xkan. Seorang keluarga dari Ali akbar, salah 1 penerjun pertama Indonesia menuturkan, 7 dari 13 penerjun pertama Indonesia adalah orang Sunda. Saat itu atas permintaan Gubernur Kalimantan dicarilah 14 orang yg cukup gila dan berani untuk loncat dari pesawat. Ide loncat dari pesawat dan mempercayakan 80% pada alat, 20% nya pada nasib, adalah ide yg sangat aneh saat itu. Ali Akbar sendiri konon dipilih karena dia sering melawan atasannya, dan diharapkan dalam penerjunan itu dia mati    hingga akhir hayatnya memang karir Ali Akbar tidak secemerlang keberaniannya. Namun tidak ada 1 akal bulus dan sebutir peluru pun berhasil membunuhnya. Ali Akbar mati dengan tenang dikelilingi keluarga dan kerabatnya.

Lebih jauh, Ali Akbar merupakan sahabat dari Atjoem Kasoem, seorang pengusaha optik yg kita kenal dengan toko A. Kasoem. Sedikit orang tahu bahwa Kasoem yang asli Garut sebelumnya adalah pejuang. Kasoem yang saat itu masih bekerja pada toko kacamata milik yahudi Jerman,  sambil berdagang kacamata dengan sepedanya diam2x melakukan aktivitas spionase. Profesinya membuat dia mudah keluar masuk pos2x militer Belanda dan kantor sipil Belanda. Hingga pada suatu saat aktivitasnya terendus Belanda. Setelah interogasi panjang, Kasoem menolak memberikan informasi pos2x laskar pejuang, hingga akhirnya Belanda memutuskan menghukum gantung Kasoem. Laskar pejuang yang kebetulan melewati pos itu, mendengar ada sesama pejuang yg akan dihukum gantung, langsung merencanakan penyerbuan. Beruntung bagi Kasoem, penyerbuan dilakukan mendekati detik2x hukuman akan dijalankan. Dan ternyata pemimpin laskar itu adalah Ali Akbar. Disitulah konon perkenalan pertama mereka. Ketika Indonesia merdeka, 2 sahabat ini dihadapkan pada 2 pilihan, meneruskan karier militer profesional, atau menjadi sipil. Ali Akbar memilih berkarir di militer, sementara Kasoem memilih kembali menjadi sipil dan berdagang. Hingga hari ini keluarga Ali Akbar dan Kasoem masih menjalin hubungan.

Ketangguhan Divisi Siliwangi membuat pemerintah sendiri akhirnya ketakutan. Bisa jadi ketakutan akan tragedi di Solo terulang, akhirnya Divisi ini banyak mengalami bongkar pasang. Dan peta kekuatan pun disebar (dilemahkan?!). Secara politis, memang berbahaya jika kekuatan ini dibiarkan. Jika sampai Divisi Siliwangi membelot, DI/TII Kartosuwiryo akan terdengar seperti dongeng sebelum tidur. Divisi ini juga akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya Kopassus. seperti biasa, lagi2x sejarawan istana malu2x mengakui hal ini.

Kita lalu membayangkan, sosok divisi militer tangguh ini pasti seram, beringas, dan sadis. Hal itu terbantahkan ketika kita bertemu mereka. Nampaknya divisi ini memang pantas menggunakan nama Siliwangi. Tahun 1965 - 1965, ketika jateng, jatim, dan Bali melakukan pelanggaran HAM dengan membantai massal orang2x yg dituduh PKI, Petinggi Div. Siliwangi jauh lebih berpendidikan dan open minded. Ibrahim Adjie Pangdam Siliwangi saat itu melakukan pendekatan yg lebih manusiawi dan melarang anak buahnya membunuh orang yg dituduh PKI, sehingga korban dari tragedi ini sangat kecil di tanah Pasundan.

Berikut pendapat Prof. Ben Anderson (Cornell Univ.) yang membandingkan
Kodam Siliwangi dengan Kodam Diponegoro:

Dari dulu ada persaingan antara Diponegoro dan Siliwangi. Perwira Siliwangi dianggap orang yang statusnya lebih tinggi, biasa pakai bahasa Belanda diantara mereka sendiri dan biasa kebarat-baratan, dan paling dekat dengan Amerika.

Perwira Jawa Tengah sebagian besar berasal dari Peta, bikinan Jaman Jepang. Waktu revolusi  mereka merasa diri sebagai orang Jogya lah. Orang yang mempertahankan nilai-nilai dari revolusi 45, patriotisme Jawa, dsb. Pokoknya kalau jenderal-jenderal Bandung omong, mereka tidak pernah pakai?ken, ken. Tapi ini bukan masalah suku. Karena tokoh utama dari semuanya itu orang Jawa.

Kemudian pada tahun 1978 ketika TNI mulai digunakan sebagai jagal aksi mahasiswa, mahasiswa ITB mulai melakukan demo dan memasang spanduk sepanjang 50 meter dipagar kampus ITB dengan tulisan menyolok :"tidak mempercayai lagi kepemimpinan Suharto", Himawan Sutanto, Pangdam Siliwangi saat itu membiarkan saja.

Pendudukan kampus ITB yg pertama, Prajurit Siliwangi yang dikirim ke ITB bukannya menertibkan mahasiswa, malah berbaur main gaple dengan mahasiswa  . Himawan menyebut kebijakannya dengan strategi pendekatan tak langsung, diilhami teori Liddle Hart  (strategy of indirect approach) , yang kelihatannya berhasil menjinakkan mahasiswa ITB ketika itu .

Tetapi para kolega dan atasannya Himawan di Jakarta mulai panik dan mendirikan "crisis centre". Perintah lebih tegas dari Jakarta akhirnya memaksa Siliwang bertindak lebih ketat, Saifi Rosad yg saat itu masih mahasiswa mengatakan Siliwangi nampak setengah hati, ketika popor senjata mengenai kepalanya si prajurit meminta maaf. Yang mengejutkan ketika mahasiswa terdesak, para demonstran menyanyikan lagu Indonesia Raya, para prajurit Siliwangi nampak tertegun dan terharu. Beberapa malah menitikkan air mata. Akhirnya para prajurit keluar dari kampus ITB.

Sikap Siliwangi dianggap gagal oleh Jakarta, Akhirnya dikirim Divisi Brawijaya yang baru pulang dari Timor Leste. Perlakuan pun berbeda, mahasiswa yg menyangka penjaga kampus mereka adalah Siliwangi dengan santai masuk kampus jelas terkaget2x menghadapi sikap tentara yg kali ini sadis dan brutal. Seorang mahasiswi bahkan diseret dengan dijambak rambut, bahkan di injak2x, sementara rumah  Prof Dr Iskandar Alisjahbana, Rektor ITB saat itu ditembaki oleh tentara. Karier Himawan Sutanto pun akhirnya redup karena kebijakannya yang betul2x bijak.

Saya mendapat cerita pribadi dari seorang perwira Siliwangi yg dikirim ke Aceh. Saat itu dia menangkap sekelompok GAM yg didalamnya ada wanita hamil. Atas perintah atasan, supaya ga nyusahin bawa2x ibu hamil di tengah hutan, perintah atasannya adalah "sekolahin" aja, yg artinya eksekusi mati. Bertentangan dengan nuraninya, dia bawa ibu yg lagi hamil tua ini turun gunung dan dibawa ke rumah sakit di Banda Aceh. Ga cuma itu, dia nungguin sampai si ibu melahirkan dan menanggung semua biaya persalinan. Atas jasanya si ibu menamai anaknya dengan nama perwira tersebut. Melihat sikapnya yg melawan atasan, saya ragu kariernya akan secemerlang nuraninya.

Lalu apakah Divisi kebanggaan rakyat Pasundan ini tidak pernah memiliki aib?! ada 1 aib yg mengganjal. Selama era suharto, tidak pernah sekalipun Divisi Siliwangi mengundang A.H. Nasution hingga akhir hayatnya pada tiap acara2xnya besar Siliwangi. Padahal beliau adalah komandan pertama Siliwangi.

Banyak divisi lain berusaha menandingi Siliwangi. Banyak dari mereka berpikir bahwa bertindak lebih brutal dan lebih bringas dalam setiap tugas akan mengalahkan pamor Siliwangi. Namun mereka lupa 1 hal, Divisi Siliwangi bukan hanya prajurit yg memenangkan peperangan, tp lebih utama, mereka memenangkan hati rakyat.

Prajurit Siliwangi nampaknya sadar betul, bahwa nama dibalik divisinya, besar dan dicintai bukan karena luasnya daerah kekuasaan seperti majapahit, bukan karena kekejamannya seperti sultan agung, bukan karena hartanya yg melimpah seperti suharto, tapi karena kedekatannya dengan rakyat dan sikap adil dengan nurani.

Semoga tulisan ini menggugah kita semua, bahwa untuk menjadi kesatria2x Sunda, bukan masalah banyak atau tidak, bukan masalah jago silat atu tidak. Adalah sikap dan perilaku kita yg menentukan kesatria atau tidak. Jangan pernah tertunduk akan jati diri kita sebagai anak cucu Siliwangi.

DIVISI SILIWANGI, SAEUTIK OGE MAHI, WANI !!!!!

SUMBER :
http://www.vikingpersib.net

" Menanamkan Kecintaan Generasi Muda Terhadap Kasundaan dan Kearifan Lokal Bangsa Melalui Media Internet "

Sudah menjadi rahasia umum,bahwa kemerosotan moral bangsa sudah berlangsung dan masih berlangsung di negri ini. Namun kendati demikian, pemerintah yang seharusnya punya andil yang besar terhadap masa depan anak bangsa ini malah berlenggak-lenggok seakan menatap sebelah mata akan maraknya kasus Tawuran pelajar,Video porno pelajar,Narkoba,dan tindakan tidak terpuji lainnya yang di lakukan oleh generasi muda penerus masa depan bangsa.
Bagaimana mungkin mau bisa memberi contoh yang baik terhadap generasi muda,toh aparat pemerintahannya pun masih disibukan dengan kasus korupsi,menjual belikan peradilan,suap,bahkan terkait kasus narkoba dan asuslia.

I. Sistem informasi

Sistem informasi yang memadai dengan jaringan media internet yang berkembang saat ini,seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mensosialisasikan,menggali, dengan total kampanye budaya dan kearifan lokal budaya Nusantara yang terkenal ke penjuru bangsa ramah tamahnya sejak jaman nenek moyang kita,bukan seperti sekarang ini saat demokrasi bergerak dengan bebasnya,namun sayang sekali demokrasi hanya isapan jempol semata,nyatanya hanya wacana saja.
Demokrasi yang carut-marut di negara kita,imbasnya adalah faktor negative terhadap pemikiran,sifat,prilaku anak-anak muda,lihat saja hampir setiap hari di Televisi hanya memaparkan berita-berita miring saja. Jelas,generasi muda kita yang sedang belajar, mencerna dengan lahapnya berita miring dan masalah bangsa yang berdampak pada sikologis tumbuh kembang anak bangsa yang sedang belajar mengenal bangsa ini,alhasil ya seperti inilah generasi kita,semakin jauh meninggalkan ciri sebagai bangsa yang berbudaya.

II. Peran Orang Tua

Peran orang tua dalam memberikan pendidikan di sekala ruang lingkup keluarga,teramat sangat penting dalam memberikan pemahaman/persoalan yang terjadi di Negeri ini, kalau lengah sedikit saja,lepas tidak terkontrol alhasil anak-anak Negeri ini bisa salah jalan dan menyimpang dari yang kita harapkan,mengapa demikian ? Karena jauh dari semua yang tergambar dan tertangkap oleh media, kenyataan di lapangan, baik melalui pengalaman saya pribadi dan hasil perbandingan teman-teman kemerosotan moral dan estetika bangsa yang berbudaya kian ari kian luntur oleh pengaruh budaya dan pemahaman asing yang luar biasa merusaknya.

Disadari atau tidak, semua ini terlihat sepele namun fatal terhadap rusaknya peradaban bangsa yang berbudaya dan beragama. Bagaimana mau maju dan berprestasi,toh tidak ada tindakan tulus dan serius dari pemerintah, semuanya diatur oleh uang dan kekuasaan,siapa yang punya uang banyak,dialah yang berkuasa.

III.Kearifan Lokal Bangsa

Setiap etnis di negeri ini,masing-masing punya kearifan lokal yang terangkum dalam seni tradisi dan ajaran yang telah di wariskan oleh leluhur baik dalam cara pandang hidup,hukum adat, tatakrama,cara bersosial dan masih banyak lagi. Menurut saya,ini sangatlah penting untuk digali dan dikaji,mengingat sangat kurang dan minimnya pengetahuan tentang budaya kita yang arif dan sangat berharga,malah hampir di tinggalkan karena ada sebagian pemahaman yang seolah berbenturan antara budaya dan agama yang di anut.
Namun diluar daripada itu,jika kita menyikapi dengan cermat dan bijaksana Agama dan Budaya itu bisa berkesinambungan,mengapa demikian ? Karena Tuhan itu satu !

IV. Budaya Sunda dan Falsafah Kehidupan Sunda.

Berbicara Seni,Budaya Sunda dalah berbicara kehormatan ! Mengapa, karena disitulah para leleuhur/karuhun Urang Sunda memasukan ajaran,falsafah kehidupan,dibentuk dalam bentuk seni tradisi yang selain unsur seni adalah ajaran hidup yang berharga selain pada bahasa silib,sindir,sampir,siloka dan sasmita jika kita mengkajinya.

Leluhur Sunda jaman dahulu,begitu sangat teramat mencintai alam,karena memang tanah Sunda terkenal dengan kesuburan gemah ripah lohjinawi sehingga sebagian besar pencaharaian masyarakatnya adalah bertani. Sampai-sampai ada upacara adat husus untuk mengormati Dewi Sri yang dikenal dan dipercaya sebagai Dewi Padi,maka setiap sehabis panen upacara ini digelar sebagi wujud rasa terima kasih kepada Dewi Sri yang telah menjaga dan membantu tanaman Padi tumbuh subur,bahkan tanaman Padi itu dinyanyikan dengan kawih Sunda sambil dipegang seolah dimanjakan dengan pujian-pujian jampe pamake agar Padi yang dihasilkan bagus dan tumbuh subur.

Begitu hormat dan sayangnya orang tua jaman dahulu sehingga tanaman pun begitu dimanjakan dengan nyanyian,lalu bagaimana dengan sekarang ?manusia tidak lagi ramah terhadap alam,tidak hormat terhadap alam, jadi wajar kalau alam pun murka karena semakin rusak oleh tangan manusia.

Internet yang sudah masuk sampai ke semua penjuru desa dan perkampungan,adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri,karena hanya dengan cara itulah informasi bisa lebih cepat tersampaikan,disamping melek teknologi dan informasi mudah-mudahan bisa mendidik dan mencerdaskan anak bangsa dengan hal-hal postivie tentunya,namun bagaimana jika sebaliknya ?? Semoga bangsa ini lebih baik..

***

Bekasi 25/09/2011

" EUIS MOJANG YANG HILANG "

Euis adalah seorang anak remaja berdarah Sunda dari Tatar Galuh Ciamis, ia lahir dan besar di Ciamis, ibu bapaknya adalah orang Sunda. Semenjak kecil orang tua Euis mengajarkan bahasa Sunda kepadanya, namun semenjak masuk SMP dan Euis bergaul dengan teman sebayanya yang cenderung lebih menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, Euis pun kini mulai mencampur bahasa Sundanya dengan Indonesia-Inggris biar terlihat gaul dan modern di mata teman-temannya.

Ketika Euis mulai masuk SMA, pergaulan Euis pun semakin luas, kosakata bahasa gaulnya pun semakin bertambah, bukan hanya bahasa dari tulisannya pun baik dalam SMS, komentar Facebook bersama teman-temannya di sekolah, Euis kerap sekali menggunakan bahasa gaul atau 4lay nya, seolah itu adalah sebuah tuntutan dan keharusan !

Tanpa Euis sadari, semakin hari Euis pun semakin jarang menggunakan bahasa Sunda, hanya sesekali saja ketika Euis bercengkrama dengan keluarganya saja,itu pun sudah Euis campur dengan bahasa 4lay dan sedikit british. Akan tetapi kebiasaan Euis berbicara campur aduk itu tidak membuat orang tuanya hawatir akan bahasa Sunda nya yang semakin di tinggalkan, bagi kedua orang tua Euis, itu adalah hal yang wajar,toh teman-teman Euis pun sama gaya bahasanya.

Ketika Euis sudah lulus SMA,Euis tidak melajutkan ke Perguruan Tinggi,karena hanya sampai SMA saja orang tuanya mampu menyekolahkan. Euis pun melamar pekerjaan di sebuah Swalayan di Jakarta, dan tak lama kemudian Euis di terima dan bekerjalah Euis di sebuah Sewalayan di Jakarta.

Euis mojang Sunda yang belum lama di Jakarta itu, tidak punya kendala atau kesulitan dalam berbicara dengan rekan kerjanya, karena semenjak dari Ciamis pun Euis sudah terbiasa berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

Singkat cerita, setelah sudah hampir 1 tahun di Jakarta, Euis pun pulang kampung ke Ciamis dan begitu bahaginya Euis ketika bertemu dengan kedua orang tua dan teman-temannya, walaupun hampir tiap hari Euis komunikasi lewat Facebook/Twitter/BBM an dengan teman dan keluarganya.

Sepulang dari Jakarta Euis pun semakin fasih berbahasa Indonesia, bahkan sekarang bahasa Sundanya mulai Euis tinggalkan, alasannya sudah terbiasa di Jakarta jadi Euis tak canggung lagi menyapa teman-temannya di kampung menggunakan bahasa Indonesia.

Semakin hari Euis pun semakin menikmati pekerjaannya di Jakarta, dan beberapa taun kemudian Euis menikah dengan seorang lelaki teman kerjanya, lelaki itu berasal dari Semarang.
Setelah menikah dan di sunting oleh lelaki yang berasal dari Semarang itu, Euis pun menetap di Jakarta, Ia dan suaminya membeli rumah sederhana yang dulu ia tempati di daerah padat penduduk bersama teman sepekerjaanya,dan sekarang mampu ia beli sendiri setelah menikah.

Euis pun hidup bahagia ketika Tuhan menganugerahi nya seorang anak perempuan.
Semakin hari, anaknya pun semakin tumbuh dewasa di lingkungan Jakarta yang padat penduduk bercampur baur dengan berbagai etnis dan golongan, sudah barang tentu Euis mengajarkan kepada anak perempuannya berbahasa Indonesia.

Ketika waktu lebaran tiba, Euis pun pulang kampung,kali ini kebetulan suaminya mengajak lebaran di rumah orang tua Euis di Ciamis. Euis yang kini menjadi seorang ibu, dan mendapat sebutan " Mamih " dari anak perempuannya, terbata-bata ketika kedua orang tua Euis yang pituin orang Sunda itu mengajak Euis berbicara bahasa Sunda, " maklum Euis sudah lama di Jakarta,segitu juga sudah uyuhan. " terang orang tuanya sambil tersenyum saat bercengkrama bersama keluarganya.

Akhirnya, Euis yang pituin orang Sunda itu tak bisa lagi berbicara menggunakan basa Sunda, karena alasan suaminya yang orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia, dan anaknya pun kini telah fasih berbicara bahasa Indonesia, walaupun sesekali anaknya melontarkan pertanyaan padanya, "Mam, kalau bahasa Sunda nya kesemutan apa ya mam ? " Euis pun menjawab : " Kalau tidak salah mah, antara kalikiben atau rorombeheun de !? " Mamih lupa lagi !!?...

Dan akhirnya Euis pun hilang bahasa Sunda nya dan hilang jati dirinya sebagai mojang Sunda.

* TAMAT *

" KIDUNG PITUTUR KA OPAT "

Amit Ampun Nun Paralun Ka Gusti Nu Maha Suci
Neda Pangjiad Pangraksa Para Abdi-Abdi Seni
Seja Ngaguar Laratan Titis Waris Nini Aki

Ngembatkeun Jalan Laratan Katampian Gesan Mandi
Kaleuwi Sipat Tahunan Leuwi Nu Ngaruncang
Diri Diri Anu Sakiwari

Rek Muru Lurung Tujuh Ngaliwat Ka Pajajaran
Bongan Hayang Pulang Anting
Padungdengan-Padungdengan Jeung Usikna Pangancikan
Pun …… Sapun……

Sampurasun……
Ka Rumuhun Ka Hyang Prabu Siiliwangi
Nu Murba Di Pajajaran
Pangauban Seuweu Siwi Nu Gelar Di Tatar Sunda
Muga Nyebarkeun Wawangi

Run Turun Bayu Rahayu Bayu Tresna Bayu Asih
Bayu Mawat Kangaruyan, Bayu Mawat Kaelingan
Sakur Nu Kaliliwatan
Sakur Nu Katitincakan

Urang Buka Tutungkusan Nu Kahalang Ku Pipinding
Dina Gebang Sewu Lungkar
Dina Tulis Titis Tulis Maca Uga Na Waruga
Atra Setra Kanti Sukma

Amin Ya Robbal Alamin
Mugi Gusti Nangtayungan

RAJAH LUTUNG KASARUNG

Allohuma Umur Dunya
Salamet Berekah Alloh
Naga Herang
Naga Lenggang
Naga Pangawasa Alloh
Turun Ti Perebu
Disanggap Ku Guru Ingra
Di Tampek Ku Perdawati
Dangdayang Srinawati
Kami Lain Sri Sasiki Dua Siki
Sagedeng Dua Gedeng
Sacangci Dua Cangci
Saranggeuy Pareanana
Reana Saratus Lobana Sarebu
Kagungan Gusti Cirebon
Seuweu Leuweung Mawa Reuneuh
Anakan Memeh Lakian
Rincik-Rincik Ringkak-Ringkak
Nyi Beuti Manik Nyi Akar Kawat
Nyi Buah Emas Ranggeuyan

" SADULUR "


TURUNKEUN HARGA BEAS


Tah pan tiasa Basa Sunda naha sok pura-pura ?